ANTIHISTAMIN
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIFITAS OBAT
ANTIHISTAMIN
A. HISTAMIN
Adalah senyawa normal yang ada di dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil, yang bberperan terhadap beberapa fisiologis penting. Histamine dikelurakan dari tempat pengikatan ion pada pengikatan komplek heparin-protein dalam sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa allergen. Senyawa ini dapat berupa spora, debu rumah, sinar ultraviolet, cuaca, racun, tripsin, dan enzim, zat makanan, obat, dan beberapa turunan amin. Histamine dapat dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi, dan aseilasi.
Adalah senyawa normal yang ada di dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil, yang bberperan terhadap beberapa fisiologis penting. Histamine dikelurakan dari tempat pengikatan ion pada pengikatan komplek heparin-protein dalam sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa allergen. Senyawa ini dapat berupa spora, debu rumah, sinar ultraviolet, cuaca, racun, tripsin, dan enzim, zat makanan, obat, dan beberapa turunan amin. Histamine dapat dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi, dan aseilasi.
Histamin menimbulkan efek yang bervariasi pada beberapa organ, antara lain
yaitu :
1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.
2. Merangsang sekresiasam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar
4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus
5. Mempercepat kerja jantung
6. Menghambat kontraksi uterus
Histamin adalah mediator kimia yang dikelurakan pada fenomena alergi, penderita yang sensitive terhadap histamine atau mudah terkena alergi dikarenakan jumlah enzim-enzim yang dapat merusak histamine di tubuh, seperti histaminases dan aminooksidase, lebih rendah dari normal. Histamine tidak digunakan untuk pengobatan, garam fosfatnya digunakan untuk mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung, untuk diagnosis karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi kulit.
1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeable terhadap permeable terhadap cincin dan plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis, urtikaria.
2. Merangsang sekresiasam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.
3. Meningkatkan sekresi kelenjar
4. Meningkatkan sekresi otot polos bronkus dan usus
5. Mempercepat kerja jantung
6. Menghambat kontraksi uterus
Histamin adalah mediator kimia yang dikelurakan pada fenomena alergi, penderita yang sensitive terhadap histamine atau mudah terkena alergi dikarenakan jumlah enzim-enzim yang dapat merusak histamine di tubuh, seperti histaminases dan aminooksidase, lebih rendah dari normal. Histamine tidak digunakan untuk pengobatan, garam fosfatnya digunakan untuk mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung, untuk diagnosis karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi kulit.
Mekanisme kerja :
Histamin dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor, histaminergik yaitu reseptor H1, H2, dn H3. Interaksi histamine dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi pada otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan meningkatkan sekresi muskus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga dapat menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein, yang menyebabkan sembab, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis H1.
Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan efek tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2
Reseptor H3 adlah reseptor histamine yang baru ditemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dan kawan-kawan, terletak pada ujung saraf aringan ottak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine, mediator alergi lain, peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis H3
B. Antihistamin
Adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi resptor H1, H2, H3. Efek antihistamin buakan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin terutama bekerja dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan resptor khas. Berdasarkan pada reseptor khas antihistamin dibagi menjadi (1) antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. (2) antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobtan penderita tukak lambung. (3) antagonis H3 sampai sekarng belum digunakan untuk pengobtan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan system kardiovaskuler.
Berdasarkan mekanisme kerja Antihistamin digolongkan mejadi 3 kelompok yaitu
a) Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1.
b) Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom pada N pada ujung amin tersier.
c) Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang efektif.
d) Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A
e) Factor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1
f) Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama
a. Turunan eter amino alkil
Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Hubungan struktur dan aktifitas
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan ester aminoalkohol
1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolonergik
2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin.
3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
5. Pipirinhidrinat
b. Turunan etilendiamin
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
1. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
2. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
3. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
c. Turunan alkil amin
Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping dan toksisitasnya sangat rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
1. Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1 terendah.
2. CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
3. Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.
d. Turunan piperazin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relativ panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
1. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
2. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
3. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.
e. Turunan fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.
Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
1. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
2. Metdilazin
3. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
4. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
5. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
2) Antagonis H2
Adalah senyawa yang secara bersaing menghambat interaksi histamine dengan reseptor h2 sehingga dapat menhambat asam lambung.
Mekanisme kerja ;
Memunyai struktur serupa dengan histamine yaitu mengandung cincin imidazol, tetapi yang membedakan adalah panjang gugus rantai sampingnya.
Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamine, gastrin, dan asetilkolin, antagonis H2 menghambat secara langsung kerja hstamin pada sekresi asam lambung dan menghambat kerja potensial histamine pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin, sehingga histamine mempunyai efikasi intrinsic dan efikasi potensial, sedang gastrin dan aetilkolin hanya mempunyai efikasi potensial
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Modifikasi pada cincin
Cincin imidazol dapat membentuk 2 tautomer yaitu ; ‘N-H dan “N-H. bentuk ‘N-H lebih dominan dan diperlukan untuk aktivitas antagonis H2 dan mempunyai aktifitas 5 kali lebih kuat daripada “N-H
b. Modifikasi pada rantai samping
Untuk aktivitas optimal cincin harus terpisah dari gugus N oleh 4 atom C atau ekivalennya. Pemendekan rantai dapat menurunkan aktivitas antagonis H2, sedangkan penambahan panjang pada metilen dapt meningkatkan antagonis H2. Pengantian 1 gugus metilen pada rantai samping dengan isosteriktioeter maka dapat meningkatkan aktivitas antagonis.
c. Modifikasi pada gugus N
Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus guanidine yang bersifat basa kuat maka akan menghasilkan efek antagonis H2 lemah dan masih bersifat parsial agonis. Penggantian gugus guanidine yang bermuatan positif dengan gugus tiorurea yang tidak bermuatan atau tidak terionisasi pada pH tubuh dan bersifat polar serta maih membentuk ikatan hydrogen maka akan menghilangkan efek agonis dan memberikan efek antagonis h2 100 x lebih kuat dibanding “N-H.
SUMBER : Siswanto, 2000. Kimia Medisinal jilid 2, Jakarta : Airlangga
Histamin dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor, histaminergik yaitu reseptor H1, H2, dn H3. Interaksi histamine dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi pada otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan meningkatkan sekresi muskus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga dapat menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein, yang menyebabkan sembab, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis H1.
Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan efek tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2
Reseptor H3 adlah reseptor histamine yang baru ditemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dan kawan-kawan, terletak pada ujung saraf aringan ottak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine, mediator alergi lain, peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis H3
B. Antihistamin
Adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi resptor H1, H2, H3. Efek antihistamin buakan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin terutama bekerja dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan resptor khas. Berdasarkan pada reseptor khas antihistamin dibagi menjadi (1) antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. (2) antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobtan penderita tukak lambung. (3) antagonis H3 sampai sekarng belum digunakan untuk pengobtan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan system kardiovaskuler.
Berdasarkan mekanisme kerja Antihistamin digolongkan mejadi 3 kelompok yaitu
Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut
antihistamin klasik atau antihistamin
H1,adalah senyawa yang dalam kadar
rendah da[at menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang
mengandung reseptor H1. Penggunaan
mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca,misalnya radang selaput lender hidung,bersin,gatal pada
mata,hidung dan tenggorokan,dan gejala alergi pada kulit,seperti
pruritik,urtikaria,ekzem,dan dermatitis.Selain itu antagonis H1 juga digunakan
sebagai antiemetik,antimabuk,antiparkinson,antibatuk,sedative,antipisikotif dan
anastesi setempat. Antagonis H1 kurang efektif untuk pengobatan asma bronchial
dan syok anafilatik. Kelompok ini menimbulkan efek potensial dengan alcohol dan
obat penekan system saraf pusat lain. Efek samping antagonis H1 antara lain
mengantuk,kelemahan otot,gangguan koordinasi pada waktu tidur,gelisah,tremor,iritasi,kejang
dan sakit kepala. Secara umum antagonis H1 digunakan dalam bentuk garam
HCl,sitrat,fumarat,fosfat,suksinat,tartrat dan maleat,untuk meningkatkan
kelarutan dalam air. Berdasarkan stuktur kimianya antagonis H1 dibagi menjadi
enam kelompok yaitu :
Turunan Eter Aminoalkil
Stuktur Umum :
Ar(Ar-CH2)CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh :
Difenhidramin HCl (benadryl),merupakan
antihistamin kuat yang mempunyai efek sedatif dan antikolinergik,Senyawa ini
digunakan untuk pengobatan berbagaia reaksi alergi seperti
pruritik,urtikaria,ekzem,dermatitis atopik,rhinitis,untuk antipasmodik
(antikolinergik),antiemetik dan obat batuk. Difenhidramin diikat oleh plasma
protein 80 -98%,kadar plasma tertinggi dicapai 2 – 4 jam setelah pemberian
oral,dengan waktu paro plasma ± 9 jam.
Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo) adalah
garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin. Dimenhidrat
digunkan untuk antimabuk,diberikan 1,5 jam sebelum berpergian,dan antimual pada
wanita hamil.Efek parmakologis ini berhubungan dengan aktivitas dari
difenhidramin.
Karbinoksamin HCl (Clistin),mengandung satu
atom C asimetrik yang mengikat dua cincin aromatik. Bentuk yang aktif adalah
isomer levo dengan konvigurasi S karena dapat berinteraksi secara serasi dengan
reseptor H1. Karbinoksamin menimbulkan efek sedasi yang lebih ringan disbanding
difenhidramin.
Klorfenoksamin HCl (systral) penyerapan
dalam saluran cerna rendah sehingga untuk memperoleh efek sistematik diperlukan
dosis cukup besar. Klorfenoksamin lebih sering digunakan secara setempat untuk
antipruretik dan antialergi.Obat ini juga digunakan untuk analgesic karena
mempunyai efek anastesi setempat.
Klemestin Fumarat (Tavegyl) merupakan
antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang. Efek antikolinergik dan penekan
system saraf pusatnya kecil.Bentuk yang aktiv adalah isomer dekstro dengan
puasat kiral membentuk konfigurasi R. Klamestin digunakan untuk memperbaiki
gejala pada alergi rinitis,dermatosis,seperti
pruritik,uritrakia,ekzem,dermatitis atau erupsi,dan sebagai antikolinergik.Klamestin
diserap secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna.Kadar plasma tertinggi
dicapai setelah ± 5 – 7 jam,dengan masa kerja panjang ± 10 – 12 jam.
Piperinhidrinat (Kolton),difenilpiralin
8-kloroteofilinat, digunakan terutama untuk pengobatan rinitis,alergi
konjugtivitas dan demam karena alergi Dosis 3 – 6 mg 2 dd.
Turunan Etilendiamin
Stuktur Umum : Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh
Tripelenamin HCl (azaron,Tripel),mempunyai
efek antihistamin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih
rendah.Tripelenamin juga digunakan untuk pemakaian setempat karena mempunyai
efek anastesi setempat.Efektif untuk pengobatn gejala alergi kulit,seperti
pruritis dan urtikaria kronik.
Antazolin HCl (Antistine) mempunyai
aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turunan etilendiamin lain.
Antazoin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk
pemakain setempat dua kali lebih besar dibanding prokain HCl.Dosis untuk obat mata : larutan 0,5%
Mebhidrolinnafadisilat
(Incidal,Histapan),Stukturnya mengandung rantai samping amenopropi dalam system
heterosiklik karbonil dan bersifat kaku. Senyawa tidak menimbulkan efek
analgesic dan anestesi setempat. Mehibdrolin digunakan untuk pengobatan gejala
pada alergi dermal,seperti dermatitis dan ekzem,konjugtivitas,dan asma
bronkial. Penyerapan obat dalam saluran cerna relatif lambat,kadar plasma
tetinggi dicapai setelah ± 2 jam dan menurun secara bertahap sampai 8 jam.
Turunan Alkilamin
Stuktur Umum : Ar(Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh :
Feniramin Maleat (Avil) merupakan turunan
alkilamin yang mempunyai efek antihistamin H1 terendah.
Klorfeniramin Maleat (Chlor –Trimeton =
CTM.,Cohistan,Pehachlor) merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak
digunakan dalam sediaan kombinasi. Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin
aromatic feniramin maleat akan meningkatkan aktivitas 20 kali lebih besar
dibanding feniramin dan batas keamananya 50 kali lebih besar dibanding
tripelinamin.Penyerapan Obat dalam saluran cerna cukup baik ± 70% obat terikat
oleh protein plasma .Kadar darah tertinggi dicapai 2 – 3 jam setelah pemberian
oral,dengan waktu paro plasma 18 – 50 jam.
Deksklorofeniramin Maleat (Polaramine,Polamac)
adalah isomer dekstro klorfeniramin maleat,mempunyai aktivitas yang lebih besar
dibanding campuran resematnya
Dimetinden Maleat (fenisitil) aktif dalam
bentuk isomer levodigunakan untuk pengobatna pruritik dan berbagai bentuk
alergi ,awal kerja cepat 20 – 60 menit setelah pembaerian oral dengan efek
berakhir pada 8 – 12 jam.
Turunan Piperazin
Turunan piperazin mempunyai efek
antihistamin sedan,dengan awal kerja lambat dengan masa kerja panjang ± 9 – 24
jam.
Contoh :
Homoklorsiklizin (Homoclomin) mempunyai
spectrum kerja luas merupakan antagonis yang kuat terhadap histamin,serotonin
dan asetilkolin,serta dapat memblok kerja bradikinin slow reacting substance of
anaphylaxis (SRS-A).Homoklorsiklizin digunakan untuk alergi dermal,seperti pruritis,ekzem
dermatitis dan erupsi,serta alergi rinitis.Penyerapan obat dalam saluran cerna
cukup baik,kadar plasma tertinggi dicapai 1 jam setelah pemberian oral
Hidroksizin HCl (Iterx),dapat menekan
aktivitas daerah tertentu subkortikal system saraf pusat sehingga digunakan
untuk memperbaiki gejala ketegangan dan kecemasan pada psikoneurosis dan
sebagai sedative pada pramedikasi anestesi.Hidroksizin juga mempunyai efek
antihistamin,bronkodilator,analgesic dan
antiemetik.Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat,awal kerja cepat ± 15 – 30
menit.Kadar darah tertinggi dicapai ± 2 jam setelah pemberian oral.dengan waktu
paro plasma ± 12 – 20 jam.
Oksatomid (Tinset) merupakan antialergi
baru yang efektif terhadap berbagai jenis reaksi alergi.Mekanisme kerjanya berbeda
dengan antihistamin klasik lainya yaitu dengan menekan pengeluaran mediator
kimia dari sel mast,sehingga menghambat efeknya.Kerja antialergi lebih luas
dibanding antihistamin klasik lainya yang hanya memblokade efek dari histamin.
Oksatomid digunakan untuk pencegahan dan pengobatan alergi rinitis ,urtikaria
kronik dan aergi makanan.Oksatomid juga untuk asam ekstrensik tetapi tidak
untuk pencegahan. Pada umumnya diberikan sesudah makan.
Turunan Fenotiazin
Contoh
Prometazin HCl (Camergen,Phenergen,Prome),
merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dan masa kerja panjang
digunakan sebagai antiemetik dan tranquilizer.Prometazin menimbulkan efek
sedasi cukup besar dan digunakan pula untuk pemakaian setempat karena mempunyai
efek amastesi setempat
Metdilazin HCl (Tacaryl),digunakan terutama
sebagai antipruretik.Absoropsi obat dalam saluran cerna cepat,kadar darah
tertinggi dicapai 30 menit setelah pemberian oral.
Mekuitazin (meviren),adalah antagonis H1
yang kuat dengan masa kerja panjang,digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
,terutama alergi rinitis,Pruretik,urtikaria dan ekzem.
Oksomemazin (Doxergan) adalah antagonis H1
yang kuat dengan masa kerja panjang,dipergunakan untuk memperbiki gejala alergi
terutama alergi rinitis dan kutaneus dan untuk antibatuk.
Isotipenidil HCl (andantol) merupakan
antagonis H1 turunan azafenotiazin,digunakan sebagai antipiuretik,urtikaria dan
dermatitis.Senyawa ini menimbulkan efek yang cukup besar.Masa kerja obat ± 6
jam.Kadang – kadang digunkan sbagai antihistamin setempat.
Pizotifen hydrogen fumarat adalah
antihistamin H1 yang sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan Dosis :
0,5 mg 1 dd.
Turunan lainya
Contoh
SpiroheptidinHCl
(Periactin,Ennamax,Heptasan,Pronicy,Prohessen) merupakan antihistamin dengan
aktivitas sebanding dengan klorfeniramin maleat .Siproheptidin juga mempunyai
efek antiserotonin,antimigrain,perangsang napsu makan dan tranqulizer.Efeknya
terhadap system saraf pusat kecil. Siproheptidin biasa digunakan untuk alergi
kulit. Kadang – kadang digunakan untuk perangsang nafsu makan dengan mekanisme
kerja belum diketahui Dosis : 4mg 3-4 dd
Azatidin maleat (Zadine) adalah aza isomer
dari kulit siproheptidin didapat dengan cara mereduksi ikatan rangkap C10 dan
C11.Azatidin merupakan antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan
efek sedasi rendah.Aktifitasnya 3 kali lebih besar dibanding klorfeniramin
maleat. Digunakan untuk alergi
Antagonis H1 Generasi Kedua
Antagonis H1 pada umumnya menimbulkan efek
samping sedasi dan mempunyai efek seperti senyawa kolinergik dan dan adrenergic
yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dikembangkan antagonis H1 generasi
kedua.
Antihistamin H1 yang ideal adalah bila bila
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Senyawa mempunyai affinitas yang tinggi
terhadap reseptor H1
Tidak menimbulkan efek sedasi
Affinitasnya rendah terhadap reseptor
kolinergik dan adrenergic
Contoh :
Trefenadin (Hiblorex,Nadane) merupakan
antagonis H1 selektif yang relative tidak menimbulkan efek sedasi dan
antikolinergik. Senyawa tidak bereaksi dengan
dan - reseptor adrenergik,karena
tidak mampu menembus darah sawar otak. Trefenadin efektif terhadap pengobatan alergi rinitis
musiman,pruritik dan uritrakia kronik.Absoropsi obat dalam saluran cerna baik
dan cepat,kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-3 jam setelah pemberian oral.
Awal kerja obat cepat ± 1-2 jam,efeknya mencapai maksimum adalah setelah 3 – 4
jam dan berakhir setelah ± 8 jam. Trefenadin terikat oleh protein plasma ±
97%,dengan waktu paro eliminasi 20 -25 jam. Dosis : 60 mg 2dd. Metabolit utama trefenedin adalah
feksofenadin (Allegra) yang juga merupakan poten antagonis H1.
Akrivastin (semprex),senyawa analog
tripolidin yang mempunyai lipoflitas lebih rendah karena mengandung gugus asam
akrilat.Penurunan lipofilitas menyebabkan senyawa sulit menembus sawar darah di
otak,sehingga tidak menimbukan efek
samping sedasi,menurunkan massa kerja obat (waktu paro = 1,7 jam) dan awal
kerja obat menjadi lebih cepat 1-2 jam.Akrivastin digunakan untuk alergi kulit
yang kronis Dosis : 8 mg 3 dd.
Astemizol (Hismanal,Scantihis) adalah
antagonis –H1 selektif yang kuat dan relatife tidak menimbulkan efek penekan
system saraf pusat (sedasi) karena tidak
mampu menembus sawar darah di otak. Massa kerjanya sangat panjang,waktu paro 20
jam,dan tidak menimbulkan efek kolinergik.Astemizol efektif untuk menekan
gejala alergi rinitis, konjugtivitas dan urtikaria akut. Absoropsi obat dalam
saluran cerna baik dan cepat,kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5 – 1 jam setelah
pemberian oral.Pemberian dosis tunggal dapat menekan gejala reaksi alergi
selama 24 jam Dosis : 10 mg 1 dd.
Loratadin (Claritin) adalah antihistamin
trisiklik turunan azatidin yang poten,mempunyai masa kerja panjang dengan
aktivitas antagonis perifer yang selektif. Efek sedasi dan antikolinergiknya
rendah. Loratadin digunakan untuk meringkan gejala alergi rinitis,urtikari
kronik dan lain – lain kelainan alergi dermatologis.
Seterizin adalah turunan benzihidril
piperazin yang mengandung gugus etoksi karboksilat,mempunyai masa kerja panjang
dengan aktivitas antagonis perifer yang selektif.Efek sedasi dan antikolinergiknya
rendah.
b.
Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat
secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat
sekresi asam lambung .Secara umum digunakan untuk penyakit tukak lambung dan
usus.Efek samping antagonis H2 antara lain adalah diare,nyeri otot dan
kegelisahan. Mekanisme kerja sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin
gastrin dan asetilkolin.Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamin
pada sekresi asam (efikasi intrinsic) dan menghambat secara langsung kerja
histamin pada sekresi asam,yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin
Iefikasi potensiasi).Jadi histamin memiliki efikasi intrinsik dan efikasi
potensiasi,sedang gastrin dan asetilkolin hanya mempunyai efikasi
potensiasi.Hal ini berarti bahwa histamin yang dapat meningkatkan sekresi asam,
sedang gastrin atau asetilkolin hanya meningkatkna sekresi asam karena efek
potensiasinya dengan histamin.
Contoh
Semitidin
(Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine),merupakan antagonis kompetitif
histamin pada reseptor H2 dari sel parietal sehingga secara efektif dapat
menghambat sekresi asam lambung. Simetidin juga memblok sekresi asam lambung
yang disebabkan karena rangsangan makanan,asetilkolin,kafein dan
insulin.Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keaddan hipersekresi yang
patologis,misal sindrom Zollinger-Elisson.Efek samping yang ditimbulkan antara
lain adalah diare,pusing,kelelahan dan rash.Keadaan kebingungan ginakomastia
dan impotensi juga dapat terjadi tetapi bersifat terpulihkan.Absoropsi Obat
dalam saluran cerna cepat kadar plasma tertinggi dicapai 1 jam bila diberikan dalam keadaan lambung
kosong dan 2 jam bila diberikan bersama – sama dengan makanan .Jadi pemberian
simetidin sebaiknya bersama – sama dengan makanann karena dapat menghambat
absoropsi obat sehingga memperpanjang masa kerja obat.Waktu paronya ± 2
jam.Dosis : 200 mg 3 dd, pada waktu maka dan 400 g sebelum tidur
Ranitidin HCl
(Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),merupakan antagonis kompetitif histamin
yang khas pada reseptor H2 sehingga secara epektif dapat menghambat sekresi
asam lambung,menekan kadar asam dan volume sekresi asam.Diabsoropsi 39%
-87%.Ranitidin mempunyai masa kerja cukup panjang,pemberia dosis 150 mg efektif
menekan sekresi asam lambung selama 8 – 12 jam.Kadar plasma tertinggi dicapai
dalam 2 – 3jam setelah pemberian oral,dengan waktu paro eliminasi 2 – 3jam
Dosis : 150 mg 2 dd atau 300 mg sebelum tidur.
Famotidin (
Facid,Famocid,Gaster,Ragastin,Restidin), merupakan antagonis kompetitif
histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara epektif dapat menghambat
sekresi asam lambung,menekan kadar asam dan volume sekresi asam.Absoropsi
famotidin dalam saluran cerna tidak sempurna ± 40 – 45% dan pengikatan protein
relative rendah ± 15 -22 % .Kadar plasma tertinggi dicapai 1-3 jam setelah
pemberian oral,waktu paro eliminasi 2,5 – 4 jam dengan masa kerja obat ±12 jam
Dosis 20 mg 2 dd atau 40 mg sebelum tidur.
a) Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1.
b) Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom pada N pada ujung amin tersier.
c) Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang efektif.
d) Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A
e) Factor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1
f) Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama
a. Turunan eter amino alkil
Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Hubungan struktur dan aktifitas
1. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan ester aminoalkohol
1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolonergik
2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin.
3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
5. Pipirinhidrinat
b. Turunan etilendiamin
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
1. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
2. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
3. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
c. Turunan alkil amin
Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping dan toksisitasnya sangat rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
1. Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1 terendah.
2. CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
3. Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.
d. Turunan piperazin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relativ panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
1. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
2. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
3. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.
e. Turunan fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.
Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
1. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
2. Metdilazin
3. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
4. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
5. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
2) Antagonis H2
Adalah senyawa yang secara bersaing menghambat interaksi histamine dengan reseptor h2 sehingga dapat menhambat asam lambung.
Mekanisme kerja ;
Memunyai struktur serupa dengan histamine yaitu mengandung cincin imidazol, tetapi yang membedakan adalah panjang gugus rantai sampingnya.
Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamine, gastrin, dan asetilkolin, antagonis H2 menghambat secara langsung kerja hstamin pada sekresi asam lambung dan menghambat kerja potensial histamine pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin, sehingga histamine mempunyai efikasi intrinsic dan efikasi potensial, sedang gastrin dan aetilkolin hanya mempunyai efikasi potensial
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Modifikasi pada cincin
Cincin imidazol dapat membentuk 2 tautomer yaitu ; ‘N-H dan “N-H. bentuk ‘N-H lebih dominan dan diperlukan untuk aktivitas antagonis H2 dan mempunyai aktifitas 5 kali lebih kuat daripada “N-H
b. Modifikasi pada rantai samping
Untuk aktivitas optimal cincin harus terpisah dari gugus N oleh 4 atom C atau ekivalennya. Pemendekan rantai dapat menurunkan aktivitas antagonis H2, sedangkan penambahan panjang pada metilen dapt meningkatkan antagonis H2. Pengantian 1 gugus metilen pada rantai samping dengan isosteriktioeter maka dapat meningkatkan aktivitas antagonis.
c. Modifikasi pada gugus N
Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus guanidine yang bersifat basa kuat maka akan menghasilkan efek antagonis H2 lemah dan masih bersifat parsial agonis. Penggantian gugus guanidine yang bermuatan positif dengan gugus tiorurea yang tidak bermuatan atau tidak terionisasi pada pH tubuh dan bersifat polar serta maih membentuk ikatan hydrogen maka akan menghilangkan efek agonis dan memberikan efek antagonis h2 100 x lebih kuat dibanding “N-H.
SUMBER : Siswanto, 2000. Kimia Medisinal jilid 2, Jakarta : Airlangga
Pertanyaan :
1. Sebutkan tersedia dalam bentuk apa saja sediaan
antihistamin ?
2. Apakah
obat antihistamin aman untuk ibu hamil?
3. Sebutkan
contoh obat antihistamin yang aman untuk ibu hamil?
4. Sebutkan
perbedaan obat antihistamin generasi pertama dan generasi kedua ?
5. Bagaimana mekanisme terjadinya efek samping pada
obat antihistamin?
6. Golongan antihistamin yang manakah yang paling efektif?
6. Golongan antihistamin yang manakah yang paling efektif?
Hi tania, saya akan menjawab pertnyaan no 3
BalasHapusPilih antihistamin generasi kedua
Antihistamin generasi kedua mengandung loratadine, cetirizine dan fexophenodine, yang memiliki efek lebih sedikit dibanding antihistamin generasi sebelumnya.
apakah saat ini penggunaan anihistamin generasi kedua telah banyak di sarankan untuk pengobatan ul?
Hapussaya rasa penggunan obat antihistamin generasi kedua sudah banyak digunakan karena lebih aman digunakan
Hapussaya setuju dengan jawaban kak ulfani, AH1 generasi kedua seperti cetirizine sudah banyak digunakan pada ibu hamil. tetapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter terkait kondisi spesifik tubuh penderita
HapusPertanyaan no 2 : dari sumber yang saya baca
BalasHapusMenurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin
terimakasih ulfa , apakah dalam penggunaan dosisnya pada ibu hamil terbatas ? atau disamakan dengan dosis dewasa normal ? berapakah dosis yang aman untuk di konsumsi ibu hamil ?
Hapusdosis yg digunakan untuk ibu hamil memnag dibatasi melihat efek sampingnya terhadap perkembangan janin, dan biasanya di konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. apabila masih bisa tanpa penggunaan obat, maka disarankan untuk tidak mengkonsumsi obat
Hapusapakah tidak berbahaya ivo jika ibu hamil mengalami alergi dan tidak langsung mengonsumsi obat ? apakah ada pengaruhnya kejanin?
HapusTetap saja kak sebelum mengkonsumsi dikonsultasikan dulu. Karena akan lebih berbahaya jika penggunaannya tanpa anjuran tenaga medis
HapusBetul sekali puji, terlebih ibu hamil dan bayinya sangat rentan untuk merasakan efeksamping obat. Memang perlu perlakuan khusus bagi pengobatan untuk ibu hamil dan bayi. Oleh karena itu sebaiknya pengobatan diawasi oleh apoteker atau dokter.
HapusAssalamualaikum tania
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertnyaan no 1 apa saja sediaan antihistmain diantaranya yaitu sediaan kapsul, larutan suntikan, eliksir, tablet, krem, sirop,dan supositoria
sediaan mana yang paling banyak di sarankan untuk pengobatan anti histamin mel?
Hapushelloiii i try to answer number 4 , bedanya itu terletak dikespesifikan ikatan reseptor , jika AH1 itu terikat dibanyak reseptor sehingga menimbulkan efek samping yg banyak sedangkan AH2 sudah spesifik
BalasHapusberarti dapat disimpulkan bahwa AH2 lebih baik kerjanya karena ia bekerja secara spesifik sehinggan efek sampng yang ditimbulkan jadi sedikit ya mel ?
Hapusmencoba menjawab pertanyaan nmr 3:
BalasHapusantihistamin pilihan buat ibu hamil adalah loratadin, klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. tapi lebih baik jika dikonsumsi dalam jangka waktu pendek
mengingat ctm merupakan antihistamin generasi pertama, setau saya generasi pertama masih belum bekerja secara spesifik dan menimbulkan efek samping . apakah efek samping ctm tidak mempengaruhi janin?
Hapussaya akan mncoba mnjwab prtanyaan nmr 6
BalasHapusdr artikel yg saya baca Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan antimuskarinik. Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek tetapi beberapa (misal prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin non sedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin golongan lama menyebabkan sedasi, meskipun alimemazin (trimeprazin) dan prometazin mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin. Efek sedasi ini kadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyai respons yang sangat berbeda satu sama lain. Antihistamin non sedatif seperti setirizin, levosetirizin, loratadin, desloratadin, feksofenadin, terfenadin dan mizolastin lebih sedikit menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor dibanding golongan lama karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya sedikit.
sehingga yang paling di sarankan untuk digunakan yang mana ana ?
HapusPertanyaan 4. Untuk AH 1 generasi pertama akan menimbulkan efek sedatif yang lebih besar dibandingkan AH 1 generasi kedua.
BalasHapusselain itu apakah ada perbedaannya lagi hengki ?
HapusHai taniaa. Saya akan menjawab pertanyaan nomor 4.
BalasHapusObat antihistamin generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
terimakasih fenny, sehingga dapat disimpulkan bahwa generasi kedua lebih selektif dari pada generasi pertama ya fen
HapusHai tania saya mencoba menjawab pertanyaan no1
BalasHapusKapsul 25mg dan 50mg.
eliksir 5mg-10mg/ml,
Larutan suntikan 10mg/ml
Tablet 5mg-50mg
Krem 2%
saleb 2%
Supositoria 50mg & 100mg
hai juga okta, jadi yang paling banyak digunakan yang mana okta ?
HapusSaya akan mencoba menjawab pertnyaan no 1
BalasHapussediaan antihistmain diantaranya yaitu:
1.sediaan kapsul
2.larutan suntikan
3.eliksir
4.tablet
5.krem
6.sirop
7.dan supositoria
menunrut vikri sediaan yang paling banyak digunakan sediaan yang mana ?
HapusPertanyaan no.4
BalasHapusGenerasi golongan II disebut juga antihistamin nonsedasi karena obat-obat ini tidak menembus sawar-darah otak, kecuali siproheptadin. Selain itu, obat generasi golongan II tidak mempunyai aktivitas muskarinik. Sedangkan Generasi Golongan I obat yang memiliki efek sedasi yang kuat
Antagonis H1 biasanya diabsorbsi dengan baik di saluran cerna. Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma dicapai dalam 2-3 jam dan efeknya berakhir 4-6 jam. Walaupun demikian ada beberapa obat yang kerjanya lebih lama, misalnya klemastin, setirizin, terfenadin (12-24 jam), sedangkan astemizol 24 jam. Penelitian yang intensif pada obat pertama terbatas. Defenhidramin yang diberikan per oral mencapai kadar maksimum dalam darah kurang lebih 2 jam dengan waktu paruh 4 jam. Distribusi obat ini luas, termasuk di SSP dan dalam jumlah kecil dijumpai di dalam urine dengan bentuk metabolit. Eliminasi obat ini cepat pada anak dan dapat menginduksi enzim mikrosomal hepatik. Hal ini juga tampaknya sama pada obat generasi I lainnya. Sementara itu, obat generasi II, seperti astemizol, terfenadin, dan loratadin diabsorbsi secara cepat disaluran cerna dan dimetabolisme didalam hati melalui sistem mikrosomal hepatik P450.
terimakasih eko jayoga
Hapus1. bentuk sediaan AH seperti tablet, sirup, kapsul
BalasHapusyang mana yang paling disarankan dan banyak penggunaannya ?
Hapusberdasarkan literatur yang amel baca tan, sediaan yg paling byk dgunakan tablet dan kapsul, krn umumnya penggunaan sirup rasa obat lebih terasa, jd untuk penangan yang cepat terutama untuk alergi, maka pasien lebih bk menggunakan tablet dn kapsul.
Hapus2. contoh AH yang aman bagi bu hamil dan menyusui
BalasHapusBrompheniramine
Chlorpheniramine
Cetirizine (Zyrtec)
Dexbrompheniramine maleate
Diphenhydramine (Benadryl)
Doxylamine
Fexofenadine (Allegra)
Loratadine (Claritin)
Terfenadine (Seldane)
Triprolidine (Actidil, Actifed)
2. terdapat AH yang aman digunakan pada ibu hamil
BalasHapus4.
BalasHapusObat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset). Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis
Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistamin hidrofil dan sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah plasma t⅟2-nya yang lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-alerginya selain berdasarkan, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediator-radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.
6. Semua jenis antihistamin dapat mengatasi reaksi alergi dengan baik asal sesuai dengan alergi yang Anda alami. Sebagai contoh, jika Anda mengalami alergi gatal-gatal pada kulit, Anda bisa mengonsumsi antihistamin generasi pertama
BalasHapuskenapa lebih menyarankan generasi pertama yanti ? mengingat generasi kedua berkerja secara selektif dan minim efek samping ?
Hapushalo kakak, saya ingin membantu, saat ini penggunaan antihistamin generasi pertama masih sering dipakai untuk mengatasi alergi, dimana efek samping obat ini yang menyebabkan mengantuk digunakan agar pasien dapat istirahat dengan tenang (tidur nyenyak) tanpa mengalami gangguan akibat alergi tersebut
Hapusmenurut artikel yang saya baca untuk saat ini golongan antihistamin yang paling efektif dan juga banyak dipakai oleh masyarakat adalah antihistamin sedatif atau golongan pertama. terima kasih semoga bermanfaat
BalasHapusassalamualaikum saya akan menambahkan Obat antihistamin generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak
BalasHapussaya ingin menambahkan jawaban nmr 6 ya..
BalasHapusLantas, jenis antihistamin mana yang terbaik? Semua jenis antihistamin dapat mengatasi reaksi alergi dengan baik asal sesuai dengan alergi yang Anda alami. Sebagai contoh, jika Anda mengalami alergi gatal-gatal pada kulit, Anda bisa mengonsumsi antihistamin generasi pertama. Efek mengantuk dari generasi ini bisa dimanfaatkan untuk membuat Anda tidur pulas walau kondisi kulit sedang gatal.
6. AH Generasi ketiga, Kadar antihistamin generasi ketiga ini dalam plasma mempunyai batas keamanan yang lebih
BalasHapusbaik, sehingga dapat digunakan secara luas seperti
pada rinitis alergika, urtikaria dan kemungkinan
untuk asma.
4. Antihistamin generasi kedua mempunyai efektifitas antialergi seperti generasi pertama, memiliki sifat lipofilik yang lebih rendah sulit menembus sawar darah otak. Reseptor H1 sel otak tetap diisi histamin, sehingga efek samping yang ditimbulkan agak kurang tanpa efek mengantuk.
BalasHapus1. AH tersedia dalam banyak bentuk sediaan, tablet, sirup dan sediaan injeksi. Contoh Ranitidine tersedia dalam bentuk ampul, difenhidramin tersedia dalam bentuk kapsul, cetirizine tersedian dalam bentuk tablet dan sirup. Golongan Fenotiazin tersedia dalam sediaan suppositoria. Golongan Etilendiamin tersedia dalam bentuk krem, tablet, kapsul dan eliksir.
BalasHapusmenabahkan jawaban nmr 2.
BalasHapusjika menderitaa alergi saat hamil, tidak perlu khawatir, karena obat anti alergi seperti antihistamin relatif aman asal digunakan dengan benar dan sesuai aturan, pilihan utama pada ibu hamil yaitu loratadin
saya akan mencoba menjawab prtnyaan no 2 untuk aman di konsumsi ibu hamil, konsultasikan dahulu kepada dokter untuk dosis yang sesuai agar tidak menganggu kandungan ibu yang hamil.
BalasHapusJawaban nomor 4 adalah enerasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan nomor 4.
BalasHapusObat antihistamin generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
Saya akan menjawab pertanyaan nomor 4.
BalasHapusObat antihistamin generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
No 1.
BalasHapusSalah satu obat antihistamin yaitu CTM, bentuk sediaan CTM diantaranya:
1. Tablet
2. Kaplet
3. Sirup
4. Tetes mata (dalam kombinasi)
5. Injeksi vial
iya saya setuju dengan anisa dan yang sering di konsumsi oleh pasien yang dalam bentuk tablet
Hapusno 3.
BalasHapusBrompheniramine, Chlorpheniramine (Chlor-Trimeton) CTM,Cetirizine (Zyrtec),Dexbrompheniramine maleate
with d-isoephedrine,Doxylamine
Pertanyaan no 2
BalasHapusMenurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin
untuk jawaban nomor 6. AH1 dan AH2 sama-sama efektif tapi untuk AH1 lebih efektih dalam mengatasi gejala pada rhinitis alergi sedangkan AH2 lebih efektif untuk terapi urtikaria karena efeksamping yang sangan sedikit.
BalasHapusHi tania, saya akan menjawab pertnyaan no 3
BalasHapusPilih antihistamin generasi kedua
Antihistamin generasi kedua mengandung loratadine, cetirizine dan fexophenodine, yang memiliki efek lebih sedikit dibanding antihistamin generasi sebelumnya.
Menurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari.
BalasHapussaya setuju dgn kaka dika, namumn agar dapat menghindari dari resiko efek samping sebaiknya terlebih dahlu ditanyakan kepada dokter
HapusHai tania,terkait pertanyaan no 4, saya akan coba jawab.
BalasHapusGenerasi pertama. Jenis ini memiliki efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum yang bisa Anda rasakan seperti mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, gangguan dalam berpikir, penglihatan buram dan sulit mengosongkan kandung kemih.
Jenis-jenis antihistamin generasi pertama antara lain clemastine, alimemazine, chlorphenamine, cyproheptadine, hydroxyzine, ketotifen dan promethazine.
Generasi kedua. Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek mengantuk tidak akan sebesar obat generasi pertama. Meski begitu, Anda tetap harus berhati-hati ketika mengonsumsinya sambil mengemudi dan mengoperasikan alat berat. Karena efek mengantuk masih mungkin bisa terjadi. Antihistamin generasi kedua memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang generasi pertama. Efek sampingnya yaitu mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan merasa mual.
Jenis-jenis antihistamin generasi kedua antara lain fexofenadine, levocetirizine, loratadine, mizolastine acrivastine, cetirizine, dan desloratadine.
sediaan antihistamin yang banyak dijual dipasaran banyak tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, injeksi, krim dan suppositoria.
BalasHapushai kak tania, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 5. menurut sumber yang saya dapat, antihistamin yang aman untuk ibu hamil adalah Fexofenadine HCL, CTM, Cetirizine HCL, Loratadine dan Diphenhydramine HCL
BalasHapusBentuk sediaan dari antihistamin adalah bisa dalam bentuk tablet, larutan suntikan, supositoria, krem, eliksir, dan sirop
BalasHapus